Artikel
Sekilas STBM
Artikel
Sekilas STBM
Filed Under STBM
Kata kunci untuk STBM:
· perubahan perilaku
· zero subsidy / tanpa subsidi
· metode pemicuan
· sanitasi total
· berbasis masyarakat
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Saat ini STBM adalah sebuah program nasional di bidang sanitasi berbasis masyarakat yang bersifat lintas sektoral. Program ini dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI.
Pada bulan September 2008 STBM dikukuhkan sebagai Strategi Nasional melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat.
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut :
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Program nasional STBM dikhususkan untuk perubahan perilaku masyarakat dengan metode pemicuan, sehingga program ini adalah program yang berbasis masyarakat, yang tidak memberikan subsidi bagi rumah tangga.
Kata kunci untuk STBM:
- perubahan perilaku
- zero subsidy / tanpa subsidi
- metode pemicuan
- sanitasi total
- berbasis masyarakat
Sanitasi total yang dimaksud (sesuai Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM) adalah kondisi ketika suatu komunitas:
- Tidak buang air besar (BAB) sembarangan;
- Mencuci tangan pakai sabun;
- Mengelola air minum dan makanan yang aman;
- Mengelola sampah dengan benar;
- Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Kunci penting pelaksanaan program STBM:
- monitoring partisipatif
- pendampingan masyarakat
- pemasaran sanitasi
- advokasi
- kemitraan
- monev dan pembelajaran berkelanjutan
Upaya Preventif dan Promotif, 10.000 Desa Adopsi STBM
09 Dec 2009
Departemen Kesehatan melakukan penguatan upaya-upaya preventif dan promotif dalam pembangunan kesehatan lima tahun ke depan, antara lain dengan mengimplementasikan, mengadvokasi. dan kampanye peningkatan penyehatan lingkungan dan perubahan perilaku higienis melalui akselerasi lima pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
"Ada beberapa pengaruh, baik dampak langsung atau tidak langsung akibat sanitasi buruk atau akses air bersih buruk." kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedya--ningsih saat talkshow dalam Konferensi Sanitasi Nasional 2009 bersama Menteri PU dan Kepala Bappenas, di Jakarta. Selasa (8/12).
Dampak langsung yang dapat terjadi adalah penduduk mudah dihinggapi penyakit seperti penyakit kulit dan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan dampak tidak langsungnya, misalnya saat mengambil air yang Jauh dari tempat tinggalnya berisiko digigit nyamuk malaria atau yang lainnya.
"Jadi dengan mendekatkan akses air bersih di tingkat rumah tangga dan sanitasi lingkungan yang baik, sudah pasti akan mengurangi prevalensi sejumlah penyakit." kata Menkes Endang.
Namun dalam proses menyediakan sarana prasarana dalam pembangunan sanitasi diperluKan kesiapan pemerintah setempat dan masyarakatnya. Sebelumnya, masyarakat harus diberikan pelatihan dan penyuluhan agar mereka siap memanfaatkan sarana yang disediakan.
"Pengalaman saya dulu saat Jadi dokter Puskesmas, pemerintah membangun jamban-jamban, tetapi beberapa bulan kemudian saya lihat jamban tetap bersih karena tidak dipakai, itu karena masyarakat belum siap memanfaatkannya, ini menjadi tidak efektif." ungkapnya.
10.0OO desa terapkan STBM Sementara, Departemen Kesehatan sejak 2006 telah menggulirkan Program STBM dan telah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-masing.
"Dalam lima tahun ke depan (2010-2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di 20.000 desa di seluruh kabupaten/kota." kata Menkes Endang Rahayu.
Untuk mewujudkan percepatan pembangunan sanitasi permukiman melibatkan empat institusi, yakni Bappenas untuk melakukan koordinasi dan perencanaan program. Departemen PU untuk penyediaan sarana sanitasi. Departemen Kesehatan berperan peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dan Departemen Dalam Negeri berperan dalam penguatan kelembagaan.
Menkes menyebutkan hasil Riskesdas dan Susenas 2007 tentang air minum, sanitasi dan perilaku higienis menunjukkan 57.7 persen rumah tangga mempunyai akses ke air bersih yang baik. 58.9 persen telah menggunakan atau memiliki Jamban sendiri, 43 telah menggunakan Jamban yang memenuhi syarat kesehatan, 26,6 persen mempunyai tempat penampungan sampah dalam rumah. 25.2 persen rumah tangga yang memiliki saluran air limbah tertutup, dan 23 persen penduduk di atas 10 tahun berperilaku benar cuci tangan pakai sabun.
Menurut publikasi WHO tahun 2007 menunjukkan kejadian diare menurun 32 persen dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar! 45 persen dnegan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39 persen perilaku pengelolaan alr minum yang aman di rumah tangga.
Upaya peningkatan kesehatan lingkungan termasuk program 100 hari Depkes, selain merupakan target ke-7 MDGs yaitu peningkatan kesehatan lingkungan melalui penyediaan air minum dan sanitasi dasar serta peningkatan perilaku higienis.
Pencapaian target tersebut berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan pengendalian penyebaran penyakit menular seperti malaria, diare, cacingan. ISPA, frambosla. dan penyakit kulit lainnya. Untuk melaksanakan kegiatan STBM tahun 2010. Depkes telah mengalokasikan anggaran sebesar Rpl25.924.073.000.(dew)
Entitas terkaitBappenas | Dampak | Depkes | Gs | ISPA | Jamban | Kepala | Menkes | OO | Pencapaian | Pengalaman | Riskesdas | Selasa | STBM | Susenas | Upaya | Departemen Kesehatan | Departemen PU | Menkes Endang | Menteri PU | Program STBM | Upaya Preventif | Departemen Dalam Negeri | Desa Adopsi STBM | Konferensi Sanitasi Nasional | Sanitasi Total Berbasis | Menteri Kesehatan Endang Rahayu |
Ringkasan Artikel Ini
Dampak langsung yang dapat terjadi adalah penduduk mudah dihinggapi penyakit seperti penyakit kulit dan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan dampak tidak langsungnya, misalnya saat mengambil air yang Jauh dari tempat tinggalnya berisiko digigit nyamuk malaria atau yang lainnya. 10.0OO desa terapkan STBM Sementara, Departemen Kesehatan sejak 2006 telah menggulirkan Program STBM dan telah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Departemen Kesehatan berperan peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dan Departemen Dalam Negeri berperan dalam penguatan kelembagaan. Menkes menyebutkan hasil Riskesdas dan Susenas 2007 tentang air minum, sanitasi dan perilaku higienis menunjukkan 57.7 persen rumah tangga mempunyai akses ke air bersih yang baik.
Jumlah kata di Artikel : 536
Jumlah kata di Summary : 109
Ratio : 0,203
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.kessadaran tentang STBM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar